Pertolongan Allah itu Nyata

Dunia seakan mau runtuh buatku. Hampir saja aku putus asa dan menyerah. Tapi Allah ternyata benar-benar peduli pada hamba-Nya. Yach, kisah ini kualami beberapa tahun lalu beberapa saat menjelang pernikahanku.
Bagai disambar petir di siang bolong. Satu hari tiba-tiba aku diminta keluar dari tempat bekerjaku. Kejadian itu tepat seminggu setelah kurayakan hari kelahiranku, tepat 6 minggu menjelang pernikahanku.

Deg..deeg..deeeg…hatiku berdegup kencang. Langsung terbayang waktu itu aku akan kehilangan sumber penghasilan utamaku. Berarti aku tidak akan bisa lagi membiayai kuliah S2ku, tak bisa lagi membayar cicilan motor yang masih 3 tahun lamanya, tak bisa lagi membantu keuangan ibu yang tidak lagi bekerja. Apalagi aku akan segera menikah, tak terbayang biaya pernikahan akan kutanggung dengan apa?
Tak cukup sampai di situ, ternyata, hampir tiap malam setelah kejadian itu (aku diminta keluar dari tempat bekerja), aku sering menerima terror SMS entah dari siapa. Tak lama pula, ibuku jatuh sakit, bapak juga sempat masuk rumah sakit. Aku semakin kacau, limbung, tak tahu harus bagaimana. Hatiku menjadi semakin resah, tak tenang. Seakan tak ada hari buatku yang menyenangkan.
Saat-saat seperti inilah, aku dapat melihat siapa “saudaraku” sebenarnya. Beberapa orang menjauhiku setelah kemalangan demi kemalangan menimpaku. Tapi diantaranya masih ada yang begitu “care” dan percaya padaku hingga senantiasa memotivasiku. Aku bahkan sampai kembali menemui “guru spiritualku ” ketika kuliah di kota Atlas. Dari merekalah aku diingatkan untuk senantiasa istighfar dan berdo’a.  lebih mendekatkan diri pada sang Maha Kuasa dan pasrah akan Kuasa-Nya.
Kuperbanyak istighfarku pada-Nya. Kujalani hari-hari terakhirku bekerja di tempat bekerjaku itu (aku diberi waktu hingga akhir bulan untuk menyelesaikan tugas di sana) dengan semakin memperkuat ibadahku. Terror yang datang hampir tiap malam kujadikan pengingat untuk senantiasa ber-tahajud. Tak sayang kuulurkan sebagian uang di kantongku pada pengemis disetiap lampu merah yang kulewati.
Begitu nyata. Hari demi hari hatiku semakin tenang. Aku sudah tak sakit hati lagi dengan keputusan pak kepala yang memintaku keluar. Kujalani hariku dengan begitu rileks. Sungguh ajaib, Subhanallah. Beberapa hari kemudian (aku belum resmi keluar dari tempat bekerjaku), ada tawaran buatku bekerja di suatu tempat dengan fasilitas yang lumayan bagus. Bahkan aku juga mendapat tawaran menjadi dosen di sebuah kampus swasta di kota Solo. Status yang dibanggakan oleh orang tuaku. Tidak sampai di situ, sebuah pondok pesantren terkenal di Indonesia juga menawariku menjadi salah satu pengajar di sana, bahkan teman kuliah S2-ku juga menawariku masuk ke perusahaan Internasional tempatnya bekerja.
Subhanallah, tawaran-tawaran itu semuanya mempunyai keistimewaan. Di tempat bekerja yang ditawarkan padaku itu, semuanya tidak membutuhkan waktu seharian penuh seperti halnya di tempat bekerjaku yang lama. Meski demikian, gaji yang ditawarkan padaku terhitung lumayan. Bahkan diantaranya ada yang hampir mencapai dua kali lipat dari gaji di tempat bekerjaku yang lama.
Akhirnya, istikharahku memberikan jawaban nyata buatku. Aku memilih untuk menerima tawaran temanku bekerja di perusahaan internasional itu. Di sana aku ternyata hanya mendapat jadwal masuk kerja 4 hari seminggu, 3 hari aku dapat santai di rumah. Namun begitu gaji yang kuterima (tertera di kontrak kerja) hampir dua kali lipat dari tempat bekerjaku yang dulu. Padahal jam kerjaku hanya setengah hari, jauh berbeda dengan yang lalu yang harus bekerja hingga sore bahkan tak jarang petang hari baru sampai di rumah. Aku juga menerima tawaran menjadi dosen karena waktu luangku masih banyak dan jadwal mengajarku tidak tumbukan  dengan jadwal kerja di tempat baru tersebut. Subhanallah. Allah mengganti sumber penghasilanku dengan dua kali lipatnya. Bahkan pekerjaan baruku tidak seberat pekerjaan lamaku baik dari waktu maupun tanggung jawab.
Ajaib, calon suamiku (sekarang telah menjadi suami tercintaku dan ayah dari buah hatiku) yang waktu itu juga mengalami hal yang sama, juga mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan lamanya.
Hikmah berganda yang kudapatkan dari keadaan yang kualami. Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya. Kapan pun. Apalagi ketika hamba-Nya mau lebih mendekatkan diri pada-Nya. Allah juga akan membuka pintu rizki-Nya bagi mereka yang berniat suci menuju sunnah, menggenapkan separuh dien dengan menapaki bahtera rumah tangga. Ujian itu pasti kan datang pada siapa yang mengaku beriman. Dan ingatlah, ujian itu sudah Allah takar sesuai kemampuan hamba-Nya. Wallahu alam bishowab.


Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment